Perjuangan.

22.25

Hidup itu perjuangan.

As cliché as it sounds, it is true.

Bayangkan. Mulai dari bangun tidur, untuk beranjak dari kasur dan melanjutkan rutinitas pagi aja, terkadang jadi perjuangan sendiri. Seberlangsungnya hari, kita pun gak lepas dari berbagai perjuangan yang mesti kita hadapi.

Saking banyaknya perjuangan yang mesti kita hadapi dalam sehari, kita jadi lupa untuk mengapresiasi perjuangan itu di hidup kita. Padahal, kalo lo gak sedang dalam keadaan berjuang, namanya lo gak lagi hidup.


Gue menganggap perjuangan itu penting. Perlu. Bahkan, nikmat.

Loh, kok nikmat? Bukannya enak ya kalo idup gak perlu berjuang?

Salah. Hidup itu, tentang perjuangan. Dimana perjuangan menjadi apa yang membuat hidup, hidup. Dan menurut gue, itu jadi kenikmatan tersendiri. Apalagi, setelah tau apa yang kita berjuangkan itu berbuah di akhirnya. Mungkin buahnya manis, atau asam, atau pahit. Tapi, itulah hidup.

Speaking of "mungkin", banyak "mungkin" di hidup gue yang berangkat dari kata "perjuangan".

Mungkin, kalo di Indonesia sekolah masuknya jam 8 pagi, gak akan ada rasa lega ketika tau di Amerika gak perlu pergi ke sekolah jam 6 pagi.

Mungkin, kalo gue gak pernah merasakan terjebak macet sampai 5 jam di jalanan di Jakarta, gak akan ada rasa girang tiap pergi ke downtown Chicago yang macetnya paling mentok cuma 10 menit.

Mungkin, kalo gue dilahirkan di keluarga kaya yang kerjaannya pergi ke luar negeri mulu, gak akan ada rasa syukur luar biasa ketika gue menginjakkan kaki dan menghirup udara di Washington D.C.

Mungkin, kalo dulu keluarga angkat gue hobi jalan-jalan yang ngebayarin gue, gak akan ada rasa bahagia ketika akhirnya bisa mewujudkan mimpi gue ke New York dengan tabungan sendiri.

Mungkin, kalo dulu gue keterima kelas internasional di 28, gue gak akan merasakan serunya jadi anak IPS dan menemukan kecintaan gue pada ilmu ini.

Mungkin, kalo dulu temen gue gak bilang "Hah Nay, masa lo gak pernah ke Bali?", gak akan ada rasa senang tak terkira ketika akhirnya bisa keluar dari Pulau Jawa dan pergi kesana untuk pertama kalinya.

Mungkin, kalo dulu gue putus asa di seleksi AFS/YES gara-gara banyak banget kecerobohan gue pas seleksi, gak akan ada rasa bangga luar biasa ketika pin garuda disematkan orang tua sebagai tanda mulainya perjuangan saya selama setahun kedepan di Negeri Paman Sam.

...dan mungkin juga, kalo orang tua gue sanggup bayarin gue untuk tahun depan balik ke Amerika untuk kuliah S1, rasa rindu yang disalurkan menjadi lebih kecil dibanding ketika nanti saya kembali kesana setelah menuntaskan sarjana di PTN tujuan.

Perjuangan versi kamu dan saya berbeda. Mungkin, kamu juga punya banyak "mungkin" lainnya.

Maka, ayo mengapresiasi perjuangan-perjuangan kita. Karena, hidup itu perjuangan.

...dan saya percaya, ada hal yang bisa dipetik dari perjuangan-perjuangan itu. Biarlah itu asam, manis, atau pahit.



Jakarta, 07-25-2015
14-1-25-1


You Might Also Like

0 komentar